Hati yang Sakit dan Jalan Menuju Kesembuhan

Wahai jiwa yang berjalan di lorong kehidupan, ketahuilah bahwa hati yang naif, yang belum mengenal luka, mudah disembuhkan. Seperti tanah yang masih subur, ia cepat menerima hujan rahmat dan menumbuhkan kebaikan.

Namun, hati yang dahulu sehat lalu jatuh sakit—hati yang telah merasakan cahaya tetapi kemudian bersahabat dengan kegelapan—ia lebih sulit untuk diobati. Sebab, ia telah terbiasa dengan kelalaian, telah mengenal manisnya dosa hingga lupa pahitnya akibat. Ia telah merasa nyaman dalam belenggu yang dulu ingin dilepaskannya.

Tetapi jangan putus asa, karena ketika hati kembali sehat, cahaya kebenaran akan mengakar kuat di dalamnya, dan penyakitnya pun akan sirna. Ia akan lebih waspada terhadap segala yang bisa menyeretnya kembali ke dalam jurang kelam, dan merasakan kehampaan jika jauh dari cahaya yang pernah meneranginya. Namun, ketahuilah, keteguhan hati itu langka—karena jalan menuju kejatuhan selalu lebih dekat, dan godaan selalu lebih mudah dijangkau daripada kemuliaan.

Hati selalu ditarik oleh dua kekuatan—satu menuju kebaikan, satu menuju kehancuran. Dan tubuh, dengan segala tabiatnya, kadang mendukung yang satu, kadang yang lain. Ketika godaan menyentuh hati, ia bergetar, merasakan sakit, dan sering kali kehilangan kekuatannya, seperti nyala lilin yang hampir padam tertiup angin.

Maka janganlah engkau merasa aman dari kelemahan dirimu sendiri. Jangan lengah dalam menjaga cahaya yang telah engkau peroleh. Selalu perbarui taubatmu, agar kesehatan hati tetap terjaga. Obatilah penyakit batin dengan sesuatu yang memberi manfaat, yang memperindah jiwamu, dan menyingkirkan segala yang merusaknya.

Dan ketahuilah—segala keberhasilan dan kesembuhan hati hanya berasal dari Tuhan.

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang