Selamat Pagi, Cahya yang Meredup

Di hamparan lorong yang panjang, cahaya menari dalam sunyi. Ada yang masih benderang, ada yang mulai redup, dan ada pula yang padam, hilang ditelan gelap.  

Di lantai tiga puluh enam, satu cahaya melemah, seperti bintang yang mulai enggan bersinar. Sementara di lantai tiga puluh dua, tiga puluh delapan, dua puluh enam, dan dua puluh tiga, nyala itu telah lenyap, meninggalkan bayangan yang setia menemani.  

Mereka yang masih tegak bersinar menatap saudaranya yang lelah. Apakah ini waktunya mereka beristirahat? Atau sekadar menanti tangan-tangan yang akan membangkitkan kembali sinarnya?  

Namun pagi tetap menyapa, membawa harapan bahwa yang redup akan kembali terang, yang padam akan menyala lagi. Seperti hidup, tak selamanya benderang, tetapi selalu ada harapan dalam tiap pergantian waktu.  

Selamat pagi, wahai cahaya di koridor. Engkau adalah saksi dari setiap langkah, dari setiap cerita yang berlalu di antara pintu-pintu yang tertutup rapat.

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang