Hikam no.1

Langkah yang Terlupa

Ia berjalan di atas jalan panjang, mengira setiap langkahnya adalah miliknya sendiri. Setiap sujudnya, setiap dzikirnya, ia hitung seperti mata uang yang kelak ia tukarkan dengan surga. "Aku telah berusaha," bisiknya, "Maka aku pantas berharap."

Tapi suatu hari, ia tergelincir. Sebuah kesalahan, kecil tapi mencakar nuraninya. Harapannya meredup, seperti lilin tertiup angin. "Apa gunanya semua amalanku, jika satu dosa ini bisa meruntuhkannya?" Ia lupa—lupa bahwa sejak awal, bukan langkahnya yang membawanya mendekat, tapi tangan-Nya yang menggamitnya dengan kasih.

Jika benar amalnya yang membuatnya selamat, lalu bagaimana dengan lautan rahmat yang telah meliputinya sejak lahir? Jika benar sujudnya yang menyelamatkan, lalu mengapa masih ada hati yang gundah ketika terjatuh?

Maka biarkanlah amal tetap menjadi amal, dan harapan tetap bersandar pada yang Maha Mengabulkan. Sebab langkah bukan tentang berapa jauh kita berjalan, tapi tentang siapa yang menuntun kita pulang.

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang