Panggilan Cahaya: Doa di Benteng Keagungan Ilahi


Di bawah langit yang membentang luas, di antara desir angin yang membawa rahasia alam, aku berdiri kecil di hadapan-Mu, ya Allah, Pencipta segala yang terlihat dan yang tersembunyi. Hati ini rapuh, diterpa gelombang-gelombang dunia, namun di dalamnya ada harap yang tak pernah padam—harap akan keintiman-Mu. Kumohon, hampiri aku dengan kasih-Mu yang lembut, sebuah dekapan suci yang menenangkan jiwa, yang membungkusku dalam selimut ketenteraman hingga bisikan-bisikan syaitan yang slink tertolak jauh, tercerai-berai seperti debu yang tertiup angin kencang.

Bawalah aku masuk ke dalam taman-taman kesucian-Mu, ya Tuhan, ke sebuah tempat yang terjaga oleh dinding-dinding nurani, terbangun dari cahaya keagungan-Mu yang tak pernah redup. Di sana, aku ingin berteduh, dikelilingi oleh sinar-sinar-Mu yang mulia, yang memancar terang membakar setiap bayang jahat—setiap syaitan yang merayap di kegelapan, setiap jin yang menyelinap di celah-celah malam, setiap pandangan envier yang penuh racun, dan setiap sihir yang dirajut oleh tangan-tangan durhaka. Jauhkan dariku segala keburukan ciptaan-Mu, yang tampak di depan mata maupun yang bersemayam dalam diam, hingga aku berdiri utuh di bawah naungan-Mu, tak tersentuh oleh apa pun kecuali rahmat-Mu.

Ya Allah, Engkau yang Maha Awal, sebelum segala permulaan ada, dan Maha Akhir, setelah segala akhir sirna; Engkau yang zahir dalam gemuruh laut dan lembutnya embun pagi, yang tersembunyi dalam denyut hati dan rahasia jiwa—Engkau mengetahui setiap tetes air mata yang jatuh, setiap doa yang terucap dalam sunyi. Kelilingi aku dengan perlindungan-Mu yang tak pernah retak, bentengi aku dengan pertahanan-Mu yang tak tertembus oleh tipu daya dunia. Alirkan ke dalam nadiku roh dari hadirat-Mu, sebuah hembusan suci yang menghidupkan setiap bagian diriku yang lelah, hingga aku menjadi secercah cahaya di tengah hamba-hamba-Mu—bukan karena kehebatanku, tetapi karena kemurahan-Mu yang tak pernah usai.

Bukakan bagiku pintu-pintu kebaikan, ya Tuhan, pintu-pintu yang membentang luas menuju keindahan dan kedamaian. Segel setiap langkahku dengan keberkahan-Mu, agar tak ada celah bagi kegelapan untuk menyusup. Tolak jauh dariku ajakan-ajakan sesat yang datang dari manusia yang telah kehilangan arah, dari jin yang berbisik di sudut-sudut malam, dari iblis yang menari di antara bayang dan khayal. Tegakkan di antaraku dan mereka sebuah penghalang yang kokoh, sebagaimana Engkau firmankan dalam kalam-Mu yang agung: “Dan Kami jadikan di depan mereka penghalang, dan di belakang mereka penghalang, lalu Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak melihat.” Jadikan penghalang itu sebagai benteng yang tak tergoyahkan, sebuah dinding cahaya yang memisahkan aku dari setiap niat buruk, setiap pandangan jahat, setiap nafas yang tercemar oleh dosa.

Di dalam keheningan ini, aku merindu damai-Mu, ya Allah. Limpahi aku dengan nur keagungan dari firman-Mu yang penuh kasih: “Damai, sebuah ucapan dari Tuhan yang Maha Pengasih.”

Biarkan kata-kata itu mengalir seperti sungai yang menyejukkan, membasuh luka-luka batin, menenangkan gejolak pikiran. Jadikan aku aman di bawah langit-Mu yang luas, utuh dalam cinta-Mu yang tak pernah berkurang, dan terjaga oleh mata-Mu yang tak pernah terpejam. Ya Tuhan yang kekuasaan-Mu abadi, yang kejelasan-Mu membelah kabut keraguan, yang kehidupan-Mu melampaui waktu dan ruang, bimbinglah aku menuju kemenangan—bukan hanya di dunia yang fana ini, tetapi juga di dalam relung jiwa yang abadi.

Aku berlindung pada-Mu dari setiap ketakutan yang mengintai, dari setiap kegelapan yang mencoba merenggut cahaya. Kuletakkan harapanku di telapak tangan-Mu yang Maha Luas, memohon agar Engkau menjadikanku bagian dari rahmat-Mu yang mengalir tanpa henti. Jadikan aku seperti pohon yang akarnya dalam, dahan-dahannya menjulang, dan buahnya memberi manfaat bagi siapa saja yang mendekat—bukan karena aku layak, tetapi karena Engkau Maha Pemurah, Maha Penyayang. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah, hanya pada-Mu aku berteduh, dan hanya dengan-Mu aku menemukan rumah sejati bagi jiwa yang lelah ini.

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang