Puasa di Bawah Neon Kantor

Dia duduk, perutnya gong membahana,  

mata layu, layar laptop mengejek,  

“Fokus,” katanya pada diri sendiri,  

tapi kopi hitam cuma jadi penutup dusta.  


Puasa, katanya, untuk jiwa suci,  

tapi mulutnya penuh umpat dalam hati,  

bos minta revisi, deadline mencekik,  

“Ya Tuhan, kalau ini bukan ujian, apa lagi?”  



Tenggorokan kering, bibir pecah-pecah,  

teman sebelah makan siang diam-diam,  

bau rendang menyelinap, menggoda iman,  

dia cuma bisa menelan ludah dan dendam.  


Magrib masih jauh, jam dinding lambat,  

tapi kerja menumpuk, rapat tak selesai,  

“Sabar itu pahala,” dia bisik pelan,  

sambil membayangkan gorengan di ujung hari.  

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang