Merangkai Mutiara Surah Al-Baqarah

Sering terdengar cela dari lidah tak bertuan,
Menuding Qur’an tanpa susun dan susunan.
Namun bagi hati yang jernih dari kebencian,
Terpeta di sini surah nan penuh keindahan.

Al-Baqarah, surah terpanjang nan megah,
Seolah lautan tema yang sulit disatukan arah.
Tapi pandanglah dari atas cakrawala,
Simetri dan harmoni tersingkap nyata.

Awalnya menyanjung iman yang ghaib tak terlihat (ayat 3),
Dan mencela kufur walau tanda datang bertubi-tubi (ayat 6-7).
Lalu ditutup dengan luhurnya iman sejati (ayat 285),
Yang tak membeda Rasul yang tampak atau tersembunyi.
Disambung doa untuk kekuatan menghadapi kufur abadi (ayat 286).

Kemudian tersingkap tabir munafik yang berpura (ayat 8-20),
Tersesat antara lisan beriman dan hati berdusta.
Dan akhirnya, Allah mengingatkan kuasa-Nya menyingkap dada (ayat 284),
Tak satu pun rahasia tersembunyi dari-Nya.

Seruan pun lantang menggema:
"Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu!" (ayat 21)
Dialah yang memuliakan dengan bumi seisinya (ayat 22, 28),
Menjadikan penghambaan inti segalanya.

Lalu hadir Adam, ayah semesta manusia (ayat 30-34),
Dimuliakan atas malaikat, walau mudah tergelincir lupa (ayat 35-37).
Namun ia tetap layak menjadi khalifah—pengabdi yang berjuang.

Disusul kisah Bani Israil yang panjang (ayat 40-123),
Kaum yang dipilih, namun membalas dengan angkuh dan ingkar.
Nama “Al-Baqarah” sendiri jadi lambang keras kepala,
Kala satu sapi pun enggan mereka persembahkan.

Lalu tampil Ibrahim—lambang tunduk tak bersyarat (ayat 124),
Siap mengorbankan anak, sedangkan kaummu enggan seekor lembu.
Ketundukan itulah yang menjadikannya imam umat manusia.

Kini, tongkat estafet berpindah arah,
Bani Israil mencemooh kiblat yang berpindah (ayat 142),
Padahal rumah suci itu dibangun oleh Ibrahim juga.

Di tengah surah, dengan ajaib dan rapi,
Allah berfirman (ayat 143):
"Kami jadikan kalian umat pertengahan."
Tepat di titik tengah, batas antara pewaris sejati dan pewaris nama.

Bagian kedua (ayat 153-283) dipenuhi warna penghambaan,
Sabar dalam ujian, adil dalam muamalah,
Puasa, jihad, haji dan hukum rumah tangga,
Menyeru kebaikan, menahan tirani, menolong sesama.

Hingga Allah menguji bahkan pikiran tersembunyi (ayat 284),
Tapi siapa yang berkata, “Kami dengar dan taat” (ayat 285),
Akan temukan seperti Ibrahim,
Bahwa bukan hasil, melainkan kesiapan hati yang dinilai.

Akhirnya, Allah menenangkan:
"Tak dibebani jiwa kecuali sesuai kemampuannya." (ayat 286)
Kala sahabat tersungkur tak sanggup menjaga lintasan hati,
Rasul membacakan ayat itu dalam rintih dan syahdu,
Dan Allah pun mencabut beban itu dengan kasih yang tak tertandingi.

Popular posts from this blog

Bismillah

Makna, Tafsir, dan Relevansi Surat Adh-Dhuha

Senja di Perjalanan Pulang